Senin, 21 Desember 2015

laporan trasfermoral prosthesis

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul ”LAPORAN PRAKTIKUM TRANSFEMORAL”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.    Bapak Dwi Setyawan, SST OP. Selaku dosen mata kuliah TRANSFEMORAL PROSTHETIC yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam membuat tugas dalam bentuk laporan.
2.    Kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
3.    Rekan rekan yang selalu memberi dukungan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.


Surakarta,   Juni 2015


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

    LATAR BELAKANG
Amputasi adalah pembedahan, memotong dan mengangkat tungkai atau lenganyang disebabkan oleh kecelakaan, congenital, infeksi, tumor, vascular disease.Amputasi merujuk pada pengangkatan semua atau sebagian ekstremitas.Saat melakukan amputasi, dokter bedah berupaya untuk menyelamatkan sebanyak mungkin jaringan yang masih dapat digunakan. Amputasi dikelompokkan menjadi 2 yaitu amputasi terbuka (guillotine) dan tertutup.Amputasi terbuka dilakukan untuk infeksi berat.Untuk amputasi tertutup, dokter bedah menutup luka dengan flap kulit yang dibuat dengan memotong tulang kira-kira dua inci lebih pendek dari pada kulit dan otot.Masalah yang sering muncul pasca operasi adalah infeksi, hemoragi, kontraktur dan emboli lemak.
Prosthetic merupakan Ilmu teknik di bidang medis yang mempelajari tentang pemeriksaan, pengukuran, pembuatan dan pengepasan alat pengganti anggota gerak tubuh yang hilang.Sedangkan  prosthesismerupakan suatu alat yang ditambahkan ke ekstremitas untuk menggantikan anggota gerak tubuh karena amputasi maupun kongenital. Transfemoral merupakan amputasi yang dilakukan diantara hip joint dan knee joint. Transfemoral prosthetis merupakan alat ganti tubuh yang di gunakan pada amputasi tepat di tulang femur.

    TUJUAN
Tujuan dibuatnya laporan ini adalah untuk memenuhi tugas akhir dari mata kuliah Transfemoral Prosthetics.
    PELAKSANAAN
    Tempat        : Kampus II Poltekkes Kemenkes Surakarta
    Hari /waktu     : 1. Senin    (07:30 – 16:00 WIB)
              2. Rabu    (07:30 – 16:00 WIB)
              3. Kamis    (07:30 – 11:30WIB)


    KEGIATAN
    Assessment
    Measurement
    Casting
    Filling
    Rectification
    Laminasi
    Alignment
    Fitting

































BAB II
ISI


    PATIENT ASSESMENT

adalah suatu rangkaian kegiatan terhadap pasien/klien yang mencakup tindakan anamnesa dan pemeriksaan untuk mengidentifikasi permasalahan yang nyata  terhadap pasien/klien yang membutuhkan ortosis maupun prostesis , dengan cara memperhatikan riwayat penyakit, telah umum, uji khusus, pemeriksaan penunjang, pengukuran dilanjutkan dengan evaluasi hasil pemeriksaan melalui analisis dan sintesis dalam sebuah proses pertimbangan teknis dan klinis. Terbagi menjadi subjective dan objective
Alat :
    Blanko assesment
    Gornio meter
    Alat tulis
    Mid line




    Subjective assesment
Pemeriksaan yang dilakukan dimana pasien yang menjadi subjek / bercerita tentang kehidupannya sehari – hari sebelum terjadinya amputasi.
Adapun pemeriksaan tersebut meliputi:
    Nama pasien             :
    Tempat. Tanggal lahir      :
    Umur                 :
    Tinggi/berat badan          :
    Jenis kelamin             :
    Alamat             :
.
    Nomor Telp             :
    Pekerjaan             :
    Keadaan tempat tinggal     :
    Sebab amputasi         :
    Tempat/tanggal dilakukannya amputasi :










DOKUMENTASI


















    Objective assesment
Pemeriksaan yang dilakukan dimana pasien yang menjadi objek, pemeriksaan.
Pemeriksaan obyektif : inspeksi, palpasi, pemeriksaan gerakan dasar,  pemeriksaan LGS(Lingkup Gerak Sendi), pemeriksaan MMT (Manual Muscle Testing).

    Inspeksi            : Pemeriksaan dilakukan dengan cara 
melihat dan mengamati kondisi pasien.
    Palpasi             : Pemeriksaan dilakukan dengan
cara  meraba, memegang dan menekan bagian stump pasien.
    Pemeriksaan Gerak Dasar    :  Pemeriksaan gerak aktif,  pasif
   dan Isometik melawan tahanan.
    Pemeriksaan LGS         :  Mengetahui luas gerak sendi pada
stump.   
    Pemeriksaan MMT         :  Mengetahui kekuatan otot stump
dengan  kriteria 5-0









KRITERIA KEKUATAN OTOT
 Untuk mengetahui nilai kekuatan otot terdapat kriteria :
    Nilai kekuatan 5    : Subyek mampu dengan LGS
(Lingkup Gerak Sendi) penuh dengan melawan tahanan maksimal dan melawan gravitasi.
    Nilai kekuatan 4    : Subyek mampu dengan LGS penuh,
melawan gravitasi dengan tahanan sedang.
    Nilai kekuatan 3     : Subyek mampu dengan LGS penuh     dan
melawan gravitasi tanpa tahanan.
    Nilai kekuatan 2     : Subyek mampu bergerak dengan  LGS
sebagian dan melawan gravitasi.   
    Nilai kekuatan 1     : Subyek mampu mengkontraksikan, tetapi
tidak terjadi gerakan otot.
    Nilai kekuatan 0    : Subyek sama sekali tidak bisa
mengkontraksikan ototnya



Hasil pemeriksaan pasien

    Kaki amputasi     : kaki kiri
    Kondisi stump      : tidak ada luka , jahitannya rapi, stump kendor, tertutup sempurna, permukaan kulit tidak dislokasi, tidak ada neuroma, medium stump.
    Level amputasi : midle amputasi
ROM              MMT
RIGHT    LEFT    RIGHT    LEFT

HIP    Flexion :    〖110〗^0    〖100〗^0    5    4
    Extension:    〖20〗^0    〖30〗^0    5    4
    Abduction:    〖30〗^0    〖35〗^0    5    4
    Adduction:    〖30〗^0    〖20〗^0    5    4
KNEE    Flexion :     〖130〗^0        5   
    Extension:    5^0        5   







Prescpription :

Socket interfance     : soft liner
Socket design     : quadrilateral socket
Foot             : sach foot
Suspension         : belt suspension



Hasil Blanko Assesment Pasien

Terlampir

DOKUMENTASI




















































































    MEASUREMENT
Measurement merupakan proses pengukuran detail pada stump pasien. Bertujuan untuk mendapatkan data dalam bentuk ukuran stump pasien dan akan menjadi patokan dalam pembuatan socket.
    Alat & Bahan
    Blangko pengukuran           
    Alat tulis
    Stockinet
    Pensil Air
    Mid line
    Caliper
    Mistar
    Proses Measurement
Pada stump :   
    Pakaikan stocking pada stump pasien
    Ikatkan tali rafia sebagai pengikat stoking agar tidak terlepas saat melakukan measurement dan casting, tepatnya dari anterior mengelilingi sampai bagian posterior.
    Tandai stump pada area berikut :
    Trochantor mayor
    Lateral border of the femur dan intervalnya (5 – 7cm)
    Sisi medial stump, yaitu 5 cm (2 inchi) di bawah perineum
    Outline the distal end of femur
    Design socket
    Lakukan pengkuran pada stump dan sound leg.
    Pengukuran pada stump :
    Panjang stump
    Diukur dari ischial tuberosity hingga distal end of the stump.
    Diukur dari ischial tuberosity hingga distal end of the femur.
    Keliling stump
    Keliling perineal level
    Keliling setiap interval
    Diameter medio – lateral stump (jarak trochantor mayor hingga origo dari tendon adductor longus)diukur saat pasien duduk.
    Diameter anterior – posterior stump (jarak vertikal dari permukaan kursi hingga tendon adductor longus) diukur saat pasien duduk.
    Pengukuran pada sound leg :
    Pasien dalam posisi berdiri
    Panjang sound leg dari ischial tuberosity sampai ke lantai
    Pasien dalam posisi duduk
    Jarak medial tibial plateu ke lantai
    Keliling medial tibial plateu
    Keliling dan tinggi tungkai terbesar
    Keliling dan tinggi tungkai terkecil
    Panjang foot
    Tinggi heel sepatu yang digunakan pasien

DOKUMENTASI























    CASTING PASIEN

Alat dan Bahan :
    Jas lab
    Blanko assesment
    Blanko ukur
    Gorniometer
    Alat tulis
    Midline
    Pensil air
    Tali rapia
    Ember
    Kamera
    Cutter
    Kursi pasien
    Bad pemeriksaan
    Gip roll
    Stokinet
    Gunting

    Langkah-langkah pengerjaan :
    Memasang stokinet pada stump pasien
    Menandai pada bagian trokantor mayor  dan sepanjang tulang femur
    Mengambil pengukuran circumduction
    Merendam gips roll ke dalam air
    Pasien berdiri dan mulai mengcasting stump pasien
    Mencari dan menekan ischial tuberocity dan penekanan pada segitiga scarpa
    Setelah gips setengah kering hentikan penekanan
    Selanjutnya melepaskan negatif gips dari stump pasien


Slab Casting
    Siapkan stockinet untukstump dan pasangkan pada pasien.
    Posisikan pasien berdiri di samping kursi casting, dengan sisi stump ke arah kita. Pastikan pasien berpegangan pada hand rail (kursi casting) dan berdiri dengan aman dan nyaman. 
    Buatlah 5 lapis plaster, Gunakan 15 cm per bandage sehingga cukup untuk stump bagian proksimal..
    Potonglah bentuk pada pinggiran plaster sekitar mid point. Bentuknya harus lebar = 4 cm, kedalamanya = 4 cm
    Palpasi stump dan tandai dengan jelas bagian ischium, trocantor dan abductor longus.
    Basahi plaster dan balutkan pada stump. Potongan bentuk  harus berada di bagian proksimal adductor tendon. Tarik plaster dengan lemah lembut ke arah kita dan buatlah plaster dalam beberapa lapis pada trochantor. Permukaan plaster harus lembut dan dapat membentuk stump. Beri perhatian lebih pada anterior wall, medial wall dan seat area. Balutlah bagian distal stump dengan plaster bandage kedua
    Pada saat casting posisikan salah satu tangan pada bagian ischiadikum, tangan yang satunya di segitiga carpal. Kedua tanggan membentuk sudut pada sisi medial, stump dalam keadaan adduksi  dan fleksi yang normal.

    Checking the cast
 Ketika negative cast terbentuk atau sudah jadi. Pastikan negative cast sesuai/cocok sebelum pasien membersihkan diri dan pulang.
Hal-hal yang  perlu  di  cek :
    Kekuatan umum negative cast.
    Posisi tanda pada stump.
    Anterior-posterior dan medio-lateral diameter.
    Top circumference.
    Panjang cast.
    Bentuk umum cast








DOKUMENTASI














































    RETRIFIKASI NEGATIVE CAST
Tujuan dari rectifikasi pre filling adalah untuk mencari bentuk dan sudut pada saat pengecoran.
    Alat dan Bahan

















    Langkah – Langkah Retrifikasi Negative Cast
    Bersihkan dan rapikan positif gips .
    Periksa semua cast measurement dan memutuskan apakah sudah sesuai dengan measurementnya
    Ratakan medial wall daerah  proksimal cast
    Memperbaiki  proksimal lateral wall.
    Memperbaiki anterior wall .
    Memperbaiki posterior wall .
    Memodifikasi  proksimal flare dan Trimline .
    Sesuaikan diameter anterior - posterior dari cast
    Sesuaikan diameter medio - lateral cast .
    Ratakan medial wall .
    Ratakan  lateral wall.
    Sesuaikan circumference.
    Sesuaikan panjang dari cast .
    Sesuaikan sudut fleksi .
    Sesuaikan sudut adduksi
    Periksa semua pengukuran dari positif gips.

    Yang perlu di perhatikanadalah:
    Tuberositas ischial diposisikan 1,5-2,5 cm lateral dari medial wall.
    Tendon adductor longus berada pada sudut antara medial dan anterior wall.
    Cekungan pada anterior femoral triangle selevel dengan ischial tuberosity titikterdalamnya ada pada segitiga medial wall

DOKUMENTASI




































    FILLING
Filling yaitu proses pengecoranyang bertujuan untuk mendapatkan positif gips.
    Alat dan bahan :
    Ember + Air
    Bak pasir
    Gips powder
    Besi yang telahdipotong
    Air sabun
    POP
    Proses pengecoran  :
    Balutkembalidengan pop padabagianproksimal negative cast yang telah di trimline, sebelummelakukanpengecoran.
    Menyiapkantempatyang berisipasirsebagaitempatmenanamgips.
    Membasuh negative gipsdenganmenggunakan air sabun, janganterlalubanyakdanjanganterlalusedikit.
    Memasukkan air kedalam negative gipskemudianmenuangkannyakedalam ember sebagaitakaran air yang akandigunakanuntuk proses pengecoran.
    Memasukkangips powderpadatakaran air danmenunggugelumbunggips powderhilang, kemudianmengadukgipsdengan rata.
    Dengancepattuangkanadonangipskedalam negative castdanmenancapkanbesisampaiujungkemudianbesitersebutagakdiangkatsedikit.
    Menunggugipssampaikering.









    RECTRIFIKASI POSITIF GIPS

Rektifikasi adalah proses pengurangan dan penambahan pada area tertentu di positif gip agar saat pembuatan soket dapat fit dengan stump. Sering juga disebut dengan proses modifikasi positif gips.
    Alat dan Bahan:
    Alat:
    Ragum
    Cutter
    Pensil air
    Blangko
    Alat tulis
    Caliper
    Midline
    Surform / plantar gips
    Sikat pembersih
    Paku
    Palu
    Mangkok gips
    spatula
    Gelas aqua
    Kawat kasa
    Tempat sampah
    Bahan:
    Negatif cast
    Gips powder
    Air
    Pewarna









    Proses Rectifikasi
    Membuka negative cast
    Menebalkan kembali garis-garis penandaan
    Mengukur kembali bagian  yang telah  diukur saat measurement
    Membandingkan ukuran  negative cast dengan blanko ukur
    Sudut anterior
    Menetapkan segitiga Scarpa.
    Segitiga Scarpa harus dibuatsejajar dengan dinding Ischial.
    Ukur lebar medio-lateral lalu bagi 3.
    Tandai titik dari lateral ke-3 (a) lalu tandai titik 2,5 cm dari sudut medial (c) dari sini, buat garis 10 cm ke arah ujung distal, sehingga membentuk titik baru (b).
    Selanjutnya, tarik garis lurus dari titik (a) ke titik (b) sehingga terbentuklah sebuah segitiga, (segitiga Scarpa).
    Gunakan sendok untuk memberi tekanan/kedalaman pada segitiga Scarpa.


    Dinding Anterior
    Kurangi batas dari anterior sehingga ketinggian mencapai RectusFemoris.
    Sudut medio-anterior harus dibuat melengkung.

    Dinding Posterior
    Kurangi ketinggian dari batas dinding Posterior ke Gluteus sebanyak ±22 mm.
    Batas dinding Posterior harus tegak lurus dengan batas Medial.
    Dinding Posterior harus vertical dan setingkat dari support ischiatic ke ujung distal.
    Penting untuk mengurangi bagian lateral posterior untuk kekuatan maksimal dari otot Gluteus.
    Sudut medio-posterior harus dibuat melengkung.
    Dinding medial
    Kurangi ketinggian pinggir medial dari Perineum kira-kira 18 mm.
    Dinding medial harus vertical dan rata 10 cm dari pinggir ujung distal dan pinggirannya harus horizontal.

    Dinding lateral
    Tinggi dinding lateral untuk stump panjang adalah 6 cm sedangkanuntuk stump pendek adalah8 cm.
    Jika harus mengurangi gips, kurangilah dari dinding lateral.
    Kurangi gips di daerah di atas Trochanter agar ada tekanan di daerah tersebut; jangan pernah mengurangi gips dari area Trochanter.
    Proximal rektifikasi
    Meratakan dinding medial daerah proksimal
    Rektifikasi dinding lateral di bagian proksimal
    Memperbaiki dinding anterior
    Rektifikasi dinding posterior
    Memodifikasi dinding proksimal
    Sesuaikan diameter anterior-posterior dari cor
    Sesuaikan diameter medio-lateral dari cor

    Distal rektifikasi
    Meratakan dinding medial
    Meratakan dinding lateral
    Menyesuaikan circumferencenya
    Menambahkan ukuran panjang stump

    Flexion/ Adduction Angles Adjustment
    Mengatur sudut fleksi
    Menyesuaikan sudut adduksi

    Menghaluskan positive cast
    PROSES PEMBUATAN MAL

Proses pembuatan mal bertujuan untuk mempermudah dalam proses pemotongan PVC.

    Alat dan bahan :
    Penggaris besi
    Cutter / Gunting
    Spidol
    Kertas Koran
    Plastic PVC

    Prosesnya Pemotongan Mal
    Ukur panjang stump
    Ukur lingkar terbesar dan terkecil pada stump.
    Gambarkan pada kertas koran.
    Potong kertas koran sesuai ukuran

    Proses pemotongan PVC
    Letakkan mal diatas plastic PVC.
    Pemotongan mengikuti baris dan dari mal, menggunakan penggaribesi, dan cutter










DOKUMENTASI
   
      





















    LAMINASI
Laminasi adalah proses pencetakan hard socket dengan menggunakan bahan utama yaitu resin dan katalis.
    alat dan bahan
    Plastik PVC   
    Setrika
    Tinner
    Ragum
    Positive cast
    Bedak
    Stockinet
    Serat Fiber
    Lakban
    Talirafia
    Botol aqua
    Corong
    Resin
    Catalys       
    Pengaduk
    Kain untuk meratakan resin

    Langkah – Langkah Pembuatan Hard socket
    Mengukur positif gips untuk pembuatan plastic PVC . Yang  diukur antara lain :
Circumference  terbesar =  cm
Circumference terkecil=  cm
Panjang positif cast =
















    Kemudian plastic dilekatkan dengan cara menyetrika sehingga plastic tersebut berbentuk kerucut.
    Masukkan stockinet kedalam positif cast agar permukaan rata.
    Memberi thiner pada plastic pertama agar plastic lebih lentur dan masukkan kepositif cast
    Plaster pada bagian proksimal dan distal sehingga terlihat rapi.
    Setelah memasukkan plastik lalu memasang stockinet sebanyak  2 lapis
    Kemudian memotong serat fiber .Setelah dipotong serat fiber dilingkarkan pada positive gif dan ditali dengan benang nylon.
    Selanjutnya memasang stockinet lagi 1 lapis.
    Memotong fiber untuk tutup. Dan memasang stockinet lagi sebanyak 2 lapis.
    Kemudian memasukkan plastik PVC lagi yang dibuat sepperti yang pertama (seperti pada gambar)telah sudah diberi thinner.
    Lalu membuat latrutan resin dengan takaran 500 ml resin ,catalis 2 ml
    Kemudian adonan resin dituangkan ke positive gif yang akan diresin melalui corong .
    Setelah resin semuanya dituangkan lalu ratakan sampai kebawah sehingga resin tersebut rata pada positive gif.
    Kemudian massage.
    Tunggu sampai benar-benar resin tersebut keras
    Setelah resin keras, potong hard socket sesuai trimline
    Setelah itu positive gifnya dipecahkan sehingga soft socketnya dan hard socketnya dapat diambil
    Apabila trimline sudah sesuai, haluskan dan rapikan pula bagian ujung soket yang tidak rata agar bias dipasangkan adaptor socket

    ALIGNMENT
Alignment yg dilakukan tanpa pasien,dimulaidengan proses pemasangan komponen padaprosthesis.
    Alat & Bahan :
    Spidol                   
    Plumbline
    Penggaris
    Kunci L
    Malam
    Mesin Bur
    Mur danbaut
    socket adaptor
    free knee joint
    tube adaptor
    tube clamp assembly
    foot adaptor
    sach foot kanan ukuran 26
    selisian belt
    Langkah-langkah assembling dan alignment :
    Buat garis vertical di dinding anterior dan posterior socket 60% : 40%
    Buat garis vertical di dinding lateral 50 % : 50 %
    Kemudian ukur panjang foot, lalu bagi menjadi 3 bagian (horizontal), ukur lebar foot, kemudian dibagi menjadi 2 bagian (vertikal).Di garis
1/3 posterior buat garis 5º external rotasi.
    Rangkai semua komponen sesuai alignment dan knee joint dibuat 5˚ eksternal rotasi 
    Pastikan anterior – posterior dan medial – lateral lurus, cara mengetahui jika tube telah lurus yaitu menggunakan penggaris siku.
    Setelah komponen terpasang dan alignmentnya benar, pasang socket sesuai dengan alignment 5˚ fleksi dan 5˚ adduksi.
    Socket bagian distal di tandai dan di bor menggunakan mesin bor duduk untukmenyambungkanantara socket dan adaptor agar tidak lepas.
    Setelah semua terpasang cek kembali alignmentnya menggunakan plumline apakah sudah benar-benar berada pada garis yang telah dibuat.
    Garis yang digunakan sebagai acuan adlah garis 1/3 posterior dari panjang foot (dilihat dari sisi medial dan lateral)
     Garis yang di gunakan sebagai acuan pada anterior dan posterior yaitu pada garis pembagi 2 dari lebar footnya yang telah di eksternal rotasikan 5°, biasanya terletak di Antara ibu jari dan jari telunjuk dari kaki

    PEMBUATAN SILESIAN BELT
    Alat dan Bahan :
Alat :
    Gunting
    cutter
    penggaris
    alat tulis
    mid line
    pelubang sabuk
    ragum

Bahan :
    kulit kambing
    java box
    keling
    gasper

    Proses Pengerjaan
    persiapkan alat dan bahan
    ukur kulit sesuai yang di ingin kan
    garis sesuai dengan ukuran yang di inginkan
    potong kulit sesuai garis yang di buat tadi dengan menggunakan cutter
    ukur jarak lubang untuk penenpatan gasper kira – kira 2 cm
    lubangi kulit dengan alat pelubang ikat pinggang sesuai tanda yang di di berikan
    rangkai komponen staps satu persatu sesuai sesuai petujuk
    lem bagian tepi agar terlihat rapi
    jahit bagian tepi agar lebih kuat
    sraps siap di pasangkan ke socket
    FINISHING
Finishing adalah tahap terakhir dalam pembuatan prosthesis agar cosmetiknya terlihat bagus.
    Alat dan Bahan
    Kain perca
    Tiner
    Proses
    Menyiapkan prosthesis yang telah jadi
    Membersihkan sisa sisa spidol bekas alignment dengan menggunakan kain perca yang sudah diberi tiner
DOKUMENTASI

 












    FITTING
    Static alignment
Static alignment proses pemakaian prosthesis pada pasien untuk pemeriksaan apakah prosthesis yang dibuat sudah sesuai dengan kebutuhan pasien apa belum. Proses pemeriksaan dilakukan sebatas pasien duduk dan berdiri.
    Procedure
    Jika pasien sudah memakai prostesis sebelumnya, lihat pasien berjalan dengan prostesis itu
    Pastikan prostesis yang baru sudah sesuai dengan blangko ukur
    Periksa saat pasien duduk dengan menggunakan prostesis yang lama
    Biarkan pasien memakai prostesis yang baru sendiri
    Pastikan adductor longus tendon dan ischial tuberosity pada posisi yang benar
    Minta pasien untuk berdiri dengan beban tubuh pada kedua kaki
    Cek socket sudah fit atau belum
    Cek apakah bench alignment sudah baik
    Cek panjang prosthesis

PROBLEM FITTING PERTAMA
Pada fitting pertama, problem yang dialami kelompok kami ialah
    Trimline bagian anterior dan lateral terlalu tinggi
Solusi :- socket yang sudah ditandai dipotong dan di perhalus

    Dinamic alignment
Adalah Proses mengamati dan menganalisis pola jalan seseorang atau pasien pada saat menggunakan prosthesis yang harus disesuaikan dengan normal gait.
Jika Pasien sudah merasa nyaman memakai prosthesis, dan Alignmentnya sudah benar, maka minta pasien untuk berlatih berjalan dengan prosthesis. Kemudian amati pola jalan Pasien dari pandangan depan dan belakang.
    Mengecek foot function.
    Heel wedge of SACH foot
    Dorsiflexion of SACH foot
     Mengecek kestabilan knee saat pasien berjalan pada paralell bar.
    Knee dapat dengan mudah fleksi saat push off, tapi harus stabil saat heel strike dan selama stance phase.
    Faktor lain :  TKA line, plantarfleksi resistance, socket flexion.
    Jika knee tidak stabil saat :
    Stance phase
    Mengecek TKA line .
    Mengurangi flexion pada socket jika pasien terlalu lordosis saat  push off.
    Jika knee masih belum stabil, maka foot diberi tahanan lebih untuk dorsiflexion atau  memindah toe break lebih ke anterior.

    Heel strike.
    Membuat aksi plantarflexion pada foot lebih lembut
    Kesulitan fleksi saat push off :
    Check TKA line.
    Meletakan socket ke posterior untuk mengurangi kestabilan alignment.
    Increase socket flexion
    Jika masih kesulitan, buatlah aksi dorsifleksi yang lebih lembut pada foot atau memindah toe break lebih ke posterior.
    Mengecek apakah pole vertical.
    Mengecek apakah ada medial – lateral whip.
    Femur cenderung rotasi internal saat hip fleksi, maka dibutuhkan 5°external rotasi of knee bolt.
    Medial whip dapat dikoreksi dengan  rotating knee bolt externally.
    Lateral whip dikoreksi dengan rotating knee bolt internally.
    Mengecek apakah foot mengalami rotasi atau tidak.
    Mengecek roll over saat stance phase.
    Mengecek drop off at the end of stance phase
    Mengecek toe rise yang berlebih
    Check proksimal trim line pada saat duduk.
    Check kenyamanan pasien saat menggunakan prostesis.
    Memastikan pasien dapat menggunakan dan melepas prostesis sendiri.
    Check kondisi stump
    Check semua informasi yang dibutuhkan.

PROBLEM DYNAMIC ALIGNMENT
Kendala : karena ketidakadanya shank yang memenuhi ukuran , maka shank yang digunakan pasien kami terlalu panjang 2 cm , sehingga menyebabkan
    Instability of the prosthetic knee : prosthesis terlalu panjang dan knee tidak stabil
    Circumduction : prosthesis terlalu panjang

DOKUMENTASI




BAB III
PENUTUP

    KESIMPULAN
    Amputasi adalah pembedahan memotong dan mengangkat tungkai dan lengan, amputasi yang disebabkan oleh kecelakaan, conginetal, infeksi, tumor, vascular disease.
    Measurement merupakan proses pengukuran detail pada stump pasien. Bertujuan untuk mendapatkan data dalam bentuk ukuran stump pasien dan akan menjadi patokan dalam pembuatan socket.
    Casting adalah Proses membentuk dan mendapatkan cetakan  negarif gips setelah melakukan cetakan pada stump pasien.
    Tujuan dari retrifikasi pre filling adalah untuk mencari bentuk dan sudut pada saat pengecoran.
    Filling yaitu proses pengecoran yang bertujuan untuk mendapatkan positif gips.
    Rektifikasi adalah proses pengurangan dan penambahan pada area tertentu di positif gip agar saat pembuatan soket dapat fit dengan stump. Sering juga disebut dengan proses modifikasi positif gips.
    Proses pembuatan mal bertujuan untuk mempermudah dalam proses pemotongan PVC.
    Laminasi adalah proses pencetakan hard socket dengan menggunakan bahan utama yaitu resin dan katalis.
    Alignment yg dilakukan tanpa pasien,dimulaidengan proses pemasangan komponen padaprosthesis.
    Finishing adalah tahap terakhir dalam pembuatan prosthesis agar cosmetiknya terlihat bagus.

DAFTAR PUSTAKA

    Modul Transfemoral Prosthetics , jurusan Ortotik Prostetik politeknik kesehatan surakarta 2014
    www.google.com
    Form Assessment
    Form Fitting

Tidak ada komentar:

Posting Komentar